Senin, 21 Juni 2021

AKSI NYATA 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

 


Hai Rekan Belajar Berbudaya (Belajar bersama Bu Damayanti) apa kabar? semoga sellau sehat dan berbahagia. Kali ini saya akan menuangkan hasil aksi Nyata di Modul 3.1 terkait materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Gimana aksi nyatanya...yuk kepoin.......


Pengambilan Keputusan Pada Dilema Etika

Melanggar Kesepakatan Kelas

Ni Putu Damayanti,S.Pd

CGP Kabupaten Karangasem Provinsi Bali

 

Latar belakang

          Sebagai seorang Guru ataupun pemimpin dalam pembelajaran maka dalam kehidupan mengajarnya tentu akan menemukan permasalahan atau problematika yang harus segera diselesaikan. Dari permasalahan yang dijumpai maka ada permasalahan yang dapat di kategorikan sebagai bujukan moral dan ada juga yang dikategorikan sebagai problema etika. Dari pengalaman saya bekerja pada institusi pendidikan, saya telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Sebagai Guru di kelas 9C yang mengajar mata pelajaran IPA, saya pernah menghadapi kasus dilema etika yang melibatkan diri saya sebgai guru serta murid dikelas saya, dilema tersebut menyangkut bagaimana saya mengambil keputusan dan sikap terhadap apa yang dialami oleh salah satu murid saya. Kasus dilema etika yang sempat saya alami mengenai anak yang tidak mengumpul tugas dan melanggar kesepakatan kelas. Hal yang seharusnya dilakukan oleh saya sebagai guru dan pemimpin pembelajaran  terkait kesepakatan kelas adalah menelpon orangtua siswa dan melakukan komunikasi, namun setelah ditelusuri ternyata orang tua siswa tersebut baru saja keluar dari rumah sakit dan sempat dirawat beberapa hari di Rumah sakit akibat sesak napas. Siswa tersebut memohon melalui telpon WA agar saya sebagai gurunya tidak menelpon orangtuanya dan tidak datang kerumah. Karena hal tersebut bisa saja mengganggu kesehatan Ibunya yag baru saja pulang dari rumah sakit. Hal ini saya kategorikan sebagai dilema etika. Dari kasus tersebut sangat penting saya mengambil keputusan dengan memperhatikan dan menerapakan prinsip dilema etika dan 9 langkah pengambilan keputusan yang telah saya pelajari pada Modul 3.1 program pendidikan guru penggerak

Tujuan

Tujuan dari Aksi Nyata ini  adalah saya dapat mengambil keputusan sebagai pemimpin dalam pembelajaran.

Tolok Ukur

Dapat mengambil keputusan yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh guru

Linimasa tindakan yang akan dilakukan :

  1. Mengidentifikasi masalah
  2. Termasukkah ke dalam dilema etika
  3. Mempertimbangkan penyelesaiannya dengan prinsip dlema etika dan menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
  4. Megomunikasikan hasil keptusan dan melaksanakannya

Deskripsi Aksi Nyata

Aksi nyata ini dilakukan pada semester Genap pada kelas 9C SMP Negeri 1 Amlapura Tahun Pelajaran 2020/2021, yang diawali dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi apakah termasuk bujukan moral ataukah memamg dilema etika. Setelah dirasa bhawa kasusu yang dihadapi adalah dilema etika barulah kemudian berusaha menyelesaiakan kasus atau masalah tersebut dengan menggunakan prinsip dilema etika dan 9 langkah pengambilankeputusan yang sudah saya pelajari di Modul 3.1 Program Guru penggerak

Hasil Aksi Nyata

Dari kasus dilema etika yang sempat saya alami mengenai anak yang tidak mengumpul tugas dan melanggar kesepakatan kelas. Hal yang seharusnya dilakukan oleh guru terkait kesepakatan kelas adalah menelpon orangtua siswa dan melakukan komunikasi, namun Setelah ditelusuri ternyata orang tua siswa tersebut baru saja keluar dari rumah sakit. Dan siswa tersebut memohon melalui telpon wa agar saya sebagai gurunya tidak menelpon orangtuanya dan tidak datang kerumah. Karena hal tersebut bisa saja mengganggu kesehatan Ibunya yag baru saja pulang dari rumah sakit. Hal ini saya kategorikan sebagai dilema etika. Dan akhirnya saya memutuskan untuk tidak menelpon orang tua dari siswa tersebut dan saya melanggar kesepakatan kelas yang saya buat dengan siswa siswa saya yang lain di kelas tersebut Saya rasa proses pengambilan keputusan yang dilakukan sudah sesuai dengan prinsip dan langkah yang dipelajari di modul 3.1

Studi kasus melalui tahapan

1.  Keputusan yang diambil : tidak menelpon orang tua siswa mengingat ibu siswa tersebut baru saja keluar dari Rumah sakit

2.  Prinsip yag digunakan : 1) Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) dimana kalau saya tetap menelpon maka bisa saja Ibu siswa tersebut akan berpikir mengenai anaknya dan akan memperburuk kondisi psikis nya. 2) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) saya peduli dengan kesehatan Ibu dari siswa tersebut. Agar ibu siswa itu tidak syok dengan penyampaian yang akan didengarnya.

3.  Penerapan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus.

1)  Nilai yag bertentangan : Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

2)  Yang terlibat dalam situasi tersebut diantaranya: saya sebaai Guru dan Siswa

3)  Fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut. Faktanya saya sebagai Guru telah melanggar kesepakatan kelas yang kai buat dan saya membantu psikologis ibu dari siswa saya agar tidak syok karena baru keluar dari Rumah Sakit

4)  Pengujian Benar Salah

a.     Dalam Situasi ini tidak ada aspek pelanggaran hukum  (Uji legal)

b.     Dalam situasi ini tidak ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi (Uji regulasi)

c.     Berdasarkan perasaan dan intuisi saya, tidak ada yang salah dalam situasi ini. (Uji intuisi)

d.     Yang saya rasakan bila keputusan saya dipublikasikan di halaman depan koran adalah saya merasa nyaman, bahwa keputusan yang sayqa ambil bahkan bisa membuat lubuk hati saya tersenyum bangga

e.      Kemungkinan keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola saya mungkin sama keputusannya dengan apa yang saya ambil, yaitu tidak menelpon orang tua siswa terkait siswa  yang tidak membuat tugas karena ibunya baru keluar dari RS dengan konsekuensi melanggar kesepakatan kelas yang telah dibuat.

5)  Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. Situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma yang terjadi pada situasi tersebut Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term), dimana saya memilih hal yang bersifat jagka panjang, bila saya menelpon bisa saja masalah selesai orang tuanya tahu perilaku aaknya, namun bisa saja ibunya syok dan memperburuk kondisi kesehatannya

6)  Melakukan Prinsip Resolusi. Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip yang akan dipakai adalah ketiga prinsip yang ada : Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7)  Investigasi Opsi Trilema. Penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah pada kasus ini yaitu: menunggu sampai kondisi ibu siswa tersebut membaik atau membicarakannya dena Ayah siswa itu saja atau wali yag dapat dipercaya.

8)  Buat Keputusan. Untuk membuat suatu keputusan membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9)  Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. Saya akan melihat kembali proses pengambilan keputusan dan mengambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Pembelajaran Yang Didapat Dari Pelaksanaan

  • Kegagalan

Dari kegiatan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran hal yang saya anggap maih perlu dikoreksi dan merupakan kegaagalan saya adalah lambatnya saya dalam mengambil keputusan. Kaena harus melihat beberapa langkah yang mesti dipastikan kebaikannya

  • Keberhasilan

    Berdasarkan tolok ukur yang telah dijabarkan diatas maka kegiatan pengambilan keputusan sebgaai seorang pemimpin pembelajaran saya kategorikan berhasil karena saya sebagai guru sudah dapat memecahkan kasusu dilema etika dan telah mampu mengambil keptusan dan menjalankan keputusan tersebut dengan baik

 

Rencana Perbaikan

 

Dalam kegiatan pengambilann keputusan sebagai pemimpin pembelajaran hal hal yang direncanakan sebagai bahan perbaikan adalah manajemen waktu dari proses mengidentifikasi masalah sampai pada pengambilan keptusan agar dilakukan dengan lebih cepat sehingga pengambilan keputusanpun menjadi lebih cepat pula

 

Dukungan yang dibutuhkan

Dalam melakukan aksi nyata saya saya sangat membutuhkan dukungan dan suport baik dari Kepala sekolah Waka, teman /rekan guru, Orang tua siswa dan siswa siswa saya sendiri demi lancar dan suksesnya aksi nyata yang saya lakukan.

Dokumentasi


Gambar 1 :  Screenshoot pesan WA Guru dengan siswa

Gambar 2 : Foto Orang Tua siswa ketiak dirawat di Rumah Sakit






Senin, 14 Juni 2021

Aksi Nyata 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA (Pemanfaatan benda benda di sekitar sebagai Bahan Praktikum IPA)

 

Pemanfaatan benda benda di sekitar sebagai Bahan Praktikum IPA

Ni Putu Damayanti,S.Pd

CGP Kabupaten Karangasem Provinsi Bali

 

Latar belakang

Selama masa pandemi Covid-19 berlangsung sekolah kami yaitu SMP Negeri 1 Amlapura yang berada di Kabupaten dengan Zona merah melaksanakan pembelajaran daring ( dalam jaringan ) dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara online. Semua guru berproses untuk tetap menghadirkan pembelajaran yang baik walau dalam situasi yang sulit, demikianpun saya yang kesehariannya adalah seorang guru IPA juga mesti berpikir untuk dapat memnuhi kebutuhan belajar siswanya. Pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, mengembangkan ide, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di alam terbuka. Penggunaan sumber media belajar yang bervariasi tentu akan memperbanyak pengalaman belajar siswa, membuat siswa menjadi tidak bosan dan memberikan pengalaman belajar yang menarik bagi siswa. Proses pembelajaran IPA sangat membutuhkan adanya kegiatan praktikum yang bisa dilakukan oleh siswanya. Menjadi hal yang mustahil jika guru tetep kekeh untuk melakukan praktikum sesuai dengan alat dan bahan yang tertera pada Buku Paket, atau LKS panduan praktikum, maka melihat situasi tersebut maka saya sebagai Guru IPA ditegah pandemi Covid-19 tergerak untuk mencoba mengajak siswa siswa saya untuk berpikir kreatif menggunakan benda benda di sekitar lingkungan mereka ( menekankan pada modal lingkungan dan SDM) agar dapat memilih dan memilah benda mana yang kiranya sesuai dan dapat digunakan sebagai bahan praktikum pengganti bahan praktikum yang ada di LAB IPA

 

Tujuan

Tujuan dari Aksi Nyata ini  adalah murid dapat  memanfaatkan benda benda di sekitar rumah dan lingkungannya sebagai bahan praktikum IPA

Tolok Ukur

Siswa mampu mengerjakan praktikum dengan bahan yang didapat dari lingkungannya

Linimasa tindakan yang akan dilakukan :

  1. Diawali dengan membangun komunikasi yang baik dengan siswa.
  2. Menggali ide /gagasan terkait praktikum yag akan dilakukan
  3. Memghimbau agar anak mampu berpikir kreatif untuk menemukan bahan yang dapat digunakan sebagai bahan praktikum
  4. Siswa menyajikan hasil kegiatan praktikumnya dengan bahan yang berasal dari lingkungannya

Deskripsi Aksi Nyata

Aksi nyata ini dilakukan pada semester Genap pada kelas 9A SMP Negeri 1 Amlapura Tahun Pelajaran 2020/2021, yang diawali dengan mengomunikasikan kegiatan praktikum yang akan dilakukan kepada siswa, dengan menggali gagasan dan ide siswa terkait praktikum yang akan dilakukan Selain itu guru membangun pemikiran kreatif siswa untuk dapat menemukan bahan bahan yang ada di lingkungan sekitarnya ( modal lingkungan) yang dapat digunakan sebagai bahan praktikum. Setelah melakukan itu semua barulah kegiatan praktikum dilakukan dengan tetap dipandu oleh guru dan hasil kegiatan praktikum tersebut disajikan dalam bentuk presentasi ataupun makalah atau video sesuai keinginan siswa tersebut.

Hasil Aksi Nyata

Dari kegiatan praktikum pada materi genetika dan materi pencemaran pada lingkungan. Siswa kelas 9A SMP Negeri 1 Amlapura sudah mampu untuk menemukan sendiri bahan bahan yang ada dilingkunagnnya yang bisa digunakan untuk kebutuhan Praktikum mata pelajaran IPA. Pada kegiatan praktikum genetika yaitu pada praktikum Peluang mempengaruhi kombinasi Gen yang biasanya menggunakan kancing genetika mak para siswa dapat menggunakan bahan bahan yang ada di sekitar mereka seperti ada siswa yang menggunakan kacang merah, kacang hijau, kacang undis,beras merah beras putih, biji jagung batu putih dan batu hitam serta ada pula siswa yang menggunakan gulungan gulungan kertas yang dibuat bulat bulat kecil lalu di beri warna hijau dan merah dengan menggunakan spidol. Sedangkan pada praktikum pencemaran lingkungan siswa dapat berkreasi memilih bahan praktikumnya seperti menggunakan ikan cupang, ikan mas, kecebong, ikan seribu dan lain sebagainya.

Pembelajaran Yang Didapat Dari Pelaksanaan

  • Kegagalan

Dari kegiatan pemanfaatan benda benda di sekitar sebagai  bahan praktikum IPA yang sudah dilakukan ada kegagalan yang dapat saya sampaikan sebagai pelaku aksi nyata di sekolah yaitu belum semua siswa dapat memilih dan memilah bahan yang ada dilingkungannya yang adapat dijadikan bahan praktikum IPA ada beberapa siswa yang menggunakan bahan praktikum tertentu karena ikut ikutan temannnya sehingga perlu adanya peran guru untuk mengarahkan sesuai kondisi kingkungan tempat tinggal siswa tersebut

  • Keberhasilan

    Berdasarkan tolok ukur yang telah dijabarkan diatas maka kegiatan pemanfaatan benda benda di sekitar sebagai  bahan praktikum IPA secara daring ini bisa dianggap berhasil karena siswa telah mampu memilih dan memilah bahan bahan yang ad di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka sebagai bahan praktikum IPA yang sangat diapresiasi positif oleh guru. Siswa mampu dan terlihat antusias di dalam proses pengerjaan praktikum dan penyususnan laporan praktikum mereka baik berupa video ataupun makalah.

 

Rencana Perbaikan

 

Dalam kegiatan pemanfaatan benda benda di sekitar sebagai  bahan praktikum IPA yang telah dilakukan memang ada mengalami kendala, maka perlu dibuat rencana perbaikan demi kebaikan aksi nyata selanjutnya. Rencana tersebut diantaranya : melakukadan n edukasi lanjutan kepada siswa yang belum dapat memilah dan memilih bahan bahan praktikum yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu guru sebelum melakukan pembelajaran dan memeberikan praktikum mestinya meluangkan lebih banyak waktu di dalam menggali ide dan menuntun siswa untuk lebih detail mengamati lingkungan sekitarnya terkait mencari dan memilah bahan praktikum yang dapat ia gunakan  dalam pembelajaran praktikum IPA.

 

Dukungan yang dibutuhkan

Dalam melakukan aksi nyata saya saya sangat membutuhkan dukungan dan suoprt baik dari Kepala sekolah Waka, teman /rekan guru, Orang tua siswa dan siswa siswa saya sendiri demi lancar dan suksesnya aksi nyata yang saya lakukan.

Dokumentasi

 

Gambar 1 : Bahan kacang merah pada praktikum peluang


Gambar 2 : Bahan Ikan cupang pada praktikum pencemaran Lingkungan

Gambar 3 : Bahan Kecebong pada praktikum pencemaran Lingkungan


Gambar 4 : Video siswa sedang mempresentasikan kegiatan praktikumnya


Gambar 5 :  Siswa sedang mengerjakan laporan praktikumnya





 




Rabu, 02 Juni 2021

PGP-1-Kabupaten Karangasem- Ni Putu Damayanti,S.Pd-Aksi Nyata Paket Modul 3.3

Hai ...Salam dan Bahagia...rekan rekan Belajar Berbudaya dimanapun berada, Kegiatan PGP kita dah dipenghujung nieh...Modul 3.3 menjadi modul terakhir di Program Guru Penggerak. Masih semangat dong tentunya...

Mau berbagi aksi nyata saya di modul 3.3....semoga bermanfaat


Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh

Ni Putu Damayanti. Nip 19850131 201001 2 021

CGP Kabupaten Karangasem Bali

LATAR BELAKANG

Akibat Wabah Covid -19 yang melanda Dunia termasuk Indonesia mengharuska pendidikan di Indonesia bating stir dan bekerja ekstra keras agar pendidikan tetap dapat berjalan dan mapu menjagkau setiap siswa tanpa membahayakan nyawa siswa dan guru. Segala usaha dilakukan segala upaya dikerahkan termasuk penggunaan teknologi dari yang sederhana sampai LMS dengan banyak variasi, semua hal tersebut dilaukan aagar siswa termotivasi dalam proses belajar juga membantu guru untuk mentransfer ilmunya kepada siswa-siswanya. Namun dari hasil wawanara yang saya lakukan di Kelas 9A semester 2 Tahun pelajaran 2020/2021 bahwa sebagian besar siswa merasakan bahwasanya dalam masa PJJ siswa merasa kurang berminat dalam belajar, monotonnya kegiatan pembelajaran di kelas yang sering dilakukan oleh guru membuat siswa merasa malas untuk belajar. Apalagi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru bisa jadi tidak sesuai dengan minat ataupun gaya belajaranya.

Dalam proses belajar minat belajar siswa akan menjadi kunci awal terbukanya ruang penerimaan pembelajaran dalam diri siswa. Kata minat secara etimologi berasal dari bahasa inggris “ interest” yang berarti kesukaan, perhatian (kecenderungan hati pada sesuatu), keinginan. Jadi dalam proses belajar siswa harus mempunyai minat atau kesukaan untuk mengikuti kegiatan belajar yang berlangsung, karena dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk menunjukan perhatian, aktivitasnya dan partisipasinya dalam mengikuti belajar yang berlangsung. Minat adalah sikap jiwa orang seorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, dan emosi), yang tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang kuat (Ahmadi,2009)

Jika minat belajar siswa baik tentu saja akan berpengaruh baik pula terhadap prestasi belajar siswa. Maka untuk meningkatkan minat belajar siswa dibuatlah sebuah program yang berdampak pada siswa yaitu melalui pembelajaran berdiferensiasi. Dimana program ini dibuat melalui langkah atau tahapan Bagja. Hal ini adalah upaya mewujudkan suatu perubahan positif untuk kemajuan sekolah yang selaras dengan visi sekolah. Berpijak dari hal positif tersebut, sekolah kemudian menyelaraskan hal positif atau kekuatan dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses atau filosofi untuk pengajaran efektif dengan memberikan beragam cara untuk memahami informasi baru untuk semua siswa dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk mendapatkan konten, mengolah, membangun, atau menalar gagasan, dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran penilaian sehingga semua siswa di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif.  Proses mendiferensiasikan pelajaran dilakukan untuk menjawab kebutuhan, gaya, atau minat belajar dari masing-masing siswa.

 Program meningkatkan minat belajar siswa melalui pembelajaran berdiferensiasi adalah program yag dibuat agar berdampak pada siswa.  Hal ini tentunya sejalan dengan tujuan pemerintah untuk mewujudkan merdeka belajar dan menuju pelajar pancasila. Para siswa akan merdeka dalam memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya

TUJUAN

Tujuan dari Program ini atau aksi nyata ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa melalui pembelajaran berdiferensiasi

 

TOLOK UKUR

Tolok ukur keberhasilannya adalah siswa memiliki minat belajar yang baik melalui pembelajaran berdiferensasi yang ditandai dengan perubahan sikap siswa ke arah yang lebih baik. Ciri-Ciri siswa yang berminat dalam belajar adalah sebagai berikut:

1)   Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2)   Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3)   Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

4)   Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

5)    Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan. (Slameto, 2003)

LINIMASA TINDAKAN

Program ini terbentuk melalui langkah langkah atau tahapan Bagja yang terdiri dari 1)  Buat pertanyaan yaitu pertanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan kita kepada penelusuran hal-hal yang akan kita lakukan. 2) Ambil pelajaran pada tahap ini dituliskan pengalaman/kegiatan baik, prestasi yang pernah terjadi yang berhubungan dengan topik bahasan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah. 3) Gali Mimpi dibuat gambaran rinci kondisi ideal atau mimpi terkait topik bahasan: seperti minat belajar seperti apa yang dibayangkan ada dalam diri siswa, perilaku apa saja yang ada pada siswa dengan minat belajar yang baik, perilaku guru seperti apa yang mendorong siswa belajar sesuai minat bakat dan kemapuan kognitifnya. Perilaku kepala sekolah seperti apa yang mendorong minat belajar  siswa dan perilaku orang tua seperti apa yang mendorong minat belajar siswa, serta hal apa saja yang perlu dimiliki untuk meningkatkan minat belajar siswa. 4) Jabarkan rencana, pada tahap ini dibuat cara/strategi untuk mencapai mimpi-mimpi yang sudah dituliskan seperti : rencana/strategi apa yang perlu dilakukan (siapa melakukan apa), cara memonitor dan mengevaluasi rencana tersebut. 5) Atur Eksekusi pada tahap ini ditentukan tim inti program:seperti  koordinator/penanggung jawab pelaksanaan program memonitor dan mengevaluasi jalannya program, menentukan pembuat laporan program, cara komunikasi/koordinasi yang dilakukan tim (melalui pertemuan (diskusi), rapat mingguan/bulanan dll) untuk memberi kabar satu sama lain tentang jalannya program

.

DESKRIPSI AKSI NYATA

    Program ini adalah program untuk meningkatkan minat belajar siswa dengan cara mengubah cara pembelajaran yang disesuaikan dengan minat tingkat kognitif dan gaya belajar siswa. Pembelajaran berdiferensiasi ini dapat dikategorikan menjadi 3 macam yaitu berdiferensiasi konten, berdiferensiasi proses dan berdiferensasi produk, sehingga melalui pembelajaran berdiferensiasi akan di dapat kebebasan di dalam berkarya dan murid belajar lebih  nyaman karena mereka belajar sesuai minat dan bakatnya tingkat kognitif, dan gaya belajarnya.

Program ini dilakukan pada minggu pertama dan ketiga Bulan Mei 2021. Yaitu minggu sebelum terlaksananya PAS, agar materi dapat disampaikan dan ada jeda waktu evaluasi untuk kegiatan di minggu berikutnya.

Strategi Pelaksanaan Program :

1)      Perencanaan. Sebelum pelaksanaan program dibuat dulu perencanaan yang melibatkan Tim, yangterlibat adalah Kepala Sekolah sebaai penggung jawab, Waka Kurikulum sebagai pengarah dan monitoring serta guru guru dan siswa, selain itu juga melibatkan orang tua siswa juga untuk turut serta menyukseskan program tersebut

2)      Pelaksanaan. Guru merancang RPP berdiferensiasi sebelum masuk ke kelas. Mendiskusikannya dengan teman sejawat,murid antusias dan memiliki minat yang baik Dalam pembelajaran dengan berdiferensiasi. Murid dapat membuat hasil pembelajaran dan mengumpul tugasnya sesuai dengan minat dan bakatnya. Anak yang auditori membuat lagu atau rekaman suara anak yang visual menulis dan membuat gambar sedangkan anak yang audiovisual membuat video. Hasil karya siswa menjadi beragam. Guru harus memiliki persiapan yang matang terutamadi dalam membuat RPP pembelajaran berdiferensiasi agar memiliki acuan yag jelas mengenai diferensiasi apa yang akan ditonjolkan pakah difetrensiasi konten, proses ataupun produk atau kombinasi dari ketiga hal tersebut.

3)      Wawancara/Observasi. Data meningkatnya minat belajar siswa melalui pembelajaran berdiferensiasi diperoleh melalui monitoring lewat wawancara baik kepada guru maupun murid untuk mengetahui bagaimana respon dan perasaan murid juga guru terhadap pembelajaran berdiferensasi. Selain itu juga melaukan observasi dikelas ketika proses pembelajaan berlangsung

HASIL DARI AKSI NYATA

     Dari 32 Siswa di Kelas 9A pada kelas yang diampu terlihat perubahan minat belajar yang dapat ditunjukkan dengan grafik berikut. 

Dari grafik hasil diatas maka dapat dipaparkan bahwa terjadi peningkatan minat belajar siswa dengan pembelajaran berdiferensiasi yang dilihat dari lima kategori seperti memperhatikan pelajaran, siswa merasa suka atau senang ketika proses pembelajaran berdiferensiasi sendang berlangsung, siswa merasa puas dan bangga terhadap penyelesaian tugas, produk atau proyek yang sudah mereka kerjakan, siswa akhirnya dapat berproses dan mengetahui sendiri minat atau bakat yang dimilikinya semisal mereka menegtahui gaya belajarnya sendiri seperti kinestetik, visual, auditori, dan audiovisual

       Dari kegiatan selama 1 minggu di minggu pertama pembelajaran berdiferensasi di kelas masih terkesan kau dan agak dipaksakan, guru guru belum fasih dalam menentukan pembelajaran berdiferensasai apa yang cocok pada materi yang mereka bawakan sehingga untuk mengawalinya kebayakan dari guru mencoba untuk mendiferensasakan produknya saja. jadi siswa tetap menerima proses pembelajaran yang sama Cuma cara menuangkan ide/hasil kerja mereka saja yang disesuakan dengan gaya belajar atau minat mereka.Setelah diadakan monitoring dan juga komunikasi lebih lanjut mengenai pembelajaran berdiferensasi di kelas guru guru mulai lebih paham dan mulai mencoba menerapkan pembejaran berdiferensasi selain berdiferensiasi produk, yaitu memadumadankan berdiferensasi produk dengan konten atau proses Hasil wawancara yang dilakukan di minggu kedua dan minggu keempat di bulan Mei menunjukkan hasil yang baik, sebagian besar murid sangat menyukai pembelajaran berdiferensasi yang dilakukan oleh gurunya, Cuma masih ditemukan beberapa anak yang belum sreg dengan minatnya. Masih ikut ikutan teman. Kalau teman buat rekaman anak tersebut akan ikut buat rekaman kalau buat infografis anak tersebut juga ikut buat infografis. Setelah guru melaukan bimbingan dan menggali lebih dalam tentang gaya belajar dan minatnya maka di minggu ketiga anak tersebut sudah yakin dan percaya diri untuk membuat produk esuai gay belajar dan minatnya tanpa perlu lagi ikut ikutan teman. Hasil observasi yag dilaukan pada minggu pertama dan ketiga menunjukkan sikap antusias dan minat yang lebihh baik sehingga bisa dikatakan dengan pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan minat belajar siswa. saya merasa senang karenaprogram saya sudah berhasil dan program ini memberi dampak positif terhadap siswa saya, dan saya ingin tetap melanjutkannya pada pembelajaran pembelajaran saya di kelas yang lainnya

PEMBELAJARAN YANG DIDAPAT DARI PELAKSANAAN

  • KEGAGALAN

Beberapa murid ada yang masih ikut ikutan temannya. Belum berdasar kemauan atau minatnya sendiri untuk Pembelajarannya murid yang masih ikut ikutan diberikan bimbingan terhadap minat yang benar benar disukainya. Agar murid tersebut senang di dalam mengerjakan tugas ataupun di dalam proses pembelajaran.

  • KEBERHASILAN

Berdasarkan tolok ukur yang telah dijabarkan diatas maka kegiatan program meningkatkan minat belajar siswa melalui pembelajaran berdiferensiasi bisa dikatakan berhasil karena siswa telah merasakan suka, senang, adanya perhatian ketika proses pembelajaran berlangsung, merasa puas/bangga akan dirinya juga hasil pekerjaannya, memiliki minat/ ketertarikan pada satu hal yag sesuai dengan minat atau gaya belajar siswa, memiliki partisipasi aktif di dalam proses pembelajaran.

 

RENCANA PERBAIKAN

 

Program ini dilakukan 1 minggu dulu lalu diadakan evaluasi minggu berikutnya setelah dikomunikasikan mengenai hal hal yang menghambat dan hal hal apa yang dapat ditingkatkan barulah dilakukan lagi di minggu selanjutnya hal inilah menyebabkan program ini dilaukan di minggu pertama dan ketiga bulan Mei 2021.Jika guru sudah lancar dalam menyususn RPP dan cara pelasanaannya mungkin bisa dilanjutkan tanpa jeda seminggu

 

DOKUMEN KEGIATAN


Foto 1 : Hasil Video buatan siswa, pada diferensai produk




Foto 2 : Hasil Pamplet buatan siswa pada diferensiasi produk



Foto 3 : Hasil Infografis buatan siswa pada diferensasi produk

 

Foto 4 : Koordinasi dengan kepala sekolah terkait program yang berdampak pada siswa

 

 



 





MEMBANGUN JIWA DAN RAGA SISWA MELALUI SEKAR GANA ( Inovasi Implementasi Kurikulum Merdeka di SMP Negeri 1 Amlapura)

                             MEMBANGUN JIWA DAN RAGA SISWA MELALUI SEKAR GANA  ( Inovasi Implementasi Kurikulum Merdeka di SMP Negeri 1 Amla...