Minggu, 03 Oktober 2021

Seratus Ribuan Kakak

 


Ni Putu Damayanti,S.Pd


Seratus Ribuan Kakak

 

“Bu ....Ibu...besok Kakak sekolah lhoooo”, sambil berlari dan memeluk ku dari belakang Si Kakak mengabarkan bahwa esok ia akan ke sekolah kembali. Aku tersenyum melihat kepalamya yang menyembul dari belakang punggungku sembari memperlihatkan gigi-giginya yang belum move on dari keompongannya. “Iya, murid murid ibu juga sekolah besok, kataku sembari mengusap kepalanya. Ada binar binar bahagia di balik kelopak matanya, aku tahu Kakak (panggilanku kepadanya) pasti senang bisa sekolah lagi. Aku akui walau aku seorang guru yang selalu berupaya memenuhi kebutuhan belajarnya namun suasana kelas serta kehadiran gurunya tak dapat aku gantikan. Begitupun dengan kata bosan yang sering Ia lontarkan, semoga Pembelajaran Tatap Muka terbatas ini bisa sedikit menghilangkan kejenuhannya dengan rutinitas di rumah.

“Buuuu...katanya lagi dengan pelan sambil menatap wajahku. Aku tahu kalau Kakak sudah berbicara pelan itu artinya ada hal yang serius yang ingin disampaikannya. “Kenapa kakak?, tanyaku menyelidik . “Hmmmmhhhhh.....berapa ya harga sepatu?, katanya kemudian. “Tergantung Merknya sih Kak, ada yang murah ada yang mahal juga sih”kataku lagi. Aku pun mulai peka kearah mana bakalan omongan si Kakak. Betul saja, Ia bercerita kalau sepatu yang ia gunakan sudah tidak muat lagi, dua tahun ini tak bisa kupungkiri bahwa Kakak makin bertumbuh dan berkembang, termasuk ukuran sepatunya. Aku menghela napas, anak imutku kini makin beranjak besar saja hanya aku sadar aku belum bisa melepaskan hobby ku untuk selalu menciumi pipi pipi lembutnya. “Bu....boleh ga kakak beli sepatu? , kakak punya kok uang seratus ribu” katanya lagi. “Ohhhh, iya boleh kak, nanti pakai uang Ibu aja kak” kataku sembari meraih tangannya. “Ga bu, kakak punya uang kok” katanya bersikeras. Entahlah apa aku yang terlalu lebay atau melow, mendengar itu aku begitu terharu, aku ingat diriku sewaktu kecil, serupa kakak, akupun akan bertanya dulu pada ibuku apakah punya uang atau tidak ketika aku menginginkan sesuatu. Aku sama sepertimu nak, atau kamulah yang sama sepertiku?.batinku yang tanya itu hanya menegaskan bahwa gen itu yang kita wariskan. Tiba tiba si Bapak yang mungkin mendengar pembicaraan kami datang dan tersenyum sambil menanyakan sepatu si Kakak. “Kak sepatu kakak udah ga cukup lagi ya?...yuk...kita beli sepatu yukkk, sambil jalan jalan. Si Bapak mulai membuat rencana perjalanan mereka berburu sepatu. “Tapi nanti kalau ga dapet gimana Pak? Biasanya Kakak belinya sama Ibu”...Ia melirikku tanda meminta pendapat. “Nanti kalau ga dapet dan ga ada yang kakak suka kan bisa ga usah dibeli, kita pergi aja dulu...liat liat” Bapak mulai membujuk kakak. ‘Iya dah Pak, Kakak siap siap dulu ya”, dengan berlari-lari kecil Kakak mengganti pakiannya dan duduk manis di Vario hitam bapak sambil memeluk pinggang Bapak yang lumayan besar. Sambil melambai kututup pintu gerbang depan.

“Bu.....ibu...lihat ini.......”tergopoh gopoh Ia berlari menuju arahku. Kulihat Kakak ditangan kananya menenteng kotak sepatu dan tangan kirinya ada Kotak merah dengan aroma lezat, “Kakak udah punya sepatu baru Bu....”. Makasi ya Bu, makasi ya Bapak”....Ia menyelinap ke kamarnya sembari memasukkan kembali uang seratus ribuan ke dalam celengan kaleng bergambar Elsa.

            Semoga anak anak lain juga bisa bersukacita menyambut pembelajaran tatap muka yang walau hanya terbatas namun ini akan menjadi awal yang baik untuk mengembalikan roh pendidikan...karena sejatinya ada rindu yang tak terbendung antara kami para Guru dengan para murid murid kami. Selamat kembali ke sekolah Kakak,.......


2 komentar:

MEMBANGUN JIWA DAN RAGA SISWA MELALUI SEKAR GANA ( Inovasi Implementasi Kurikulum Merdeka di SMP Negeri 1 Amlapura)

                             MEMBANGUN JIWA DAN RAGA SISWA MELALUI SEKAR GANA  ( Inovasi Implementasi Kurikulum Merdeka di SMP Negeri 1 Amla...