ANTIBODI PASIF LEWAT TERAPI PLASMA KONVALESENS UNTUK COVID 19
Oleh:
Ni Putu Damayanti S.Pd. NIP. 198501312010012021
Guru IPA SMP Negeri I Amlapura
ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk 1 mengetahui, tentang Covid 19 2) Untuk mengetahui bagaimanakah Plasma Darah Konvelesens dapat dijadikan terapi untuk Covid 19.Covid-19 adalah penyakit akibat dari virus. Nama virusnya adalah SARS-Cov2 (Severe acute respiratory syndrome-Coronavirus 2) . Ini adalah jenis coronavirus baru yang sebelumnya tidak teridentifikasi pada manusia. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang ditemukan pada hewan dan manusia. Coronavirus memiliki struktur unik berupa "spike protein" yang bentuknya menyerupai "mahkota" (bhs Latin: corona = mahkota). Untuk menanggulangi covid 19 memang hal yang diperlukan adalah antivirus. Sementara kita menunggu Antivirus yang belum diketahui kapan akan ditemukannya maka untuk mengatasi pasien covid 19 yang makin hari main bertambah dapat diberikan terapi dengan menggunakan plasma darah konvalesens, yaitu plasma darah yang berasal dari pasien covid 19 yang telah dinyatakan sembuh. Hal ini dikarenakan pada pasien covid 19 yang telah sembuh di dalam darahnya terdapat antibodi yag mampu melawan virus.
Kata-kata kunci: Plasma Konvalensens , Covid 19.
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menilik ke belakang, rentetan awal munculnya Covid-19 sudah tidak asing di telinga masyarakat dunia. China tercatat sebagai negara yang pertama kali melaporkan kasus Covid-19 di dunia. Untuk pertama kalinya, China melaporkan adanya penyakit baru ini pada 31 Desember 2019. Pada pengujung tahun 2019 itu, kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di China mendapatkan pemberitahuan tentang adanya sejenis pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui. Infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru itu terdeteksi di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Menurut pihak berwenang, beberapa pasien adalah pedagang yang beroperasi di Pasar Ikan Huanan. Seiring waktu, penelusuran menyebutkan, kasus Covid-19 sudah muncul sebelumnya. Merujuk pada laporan WHO ke-37 tentang situasi Covid-19, 26 Februari 2020, kasus Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di China adalah pada 8 Desember 2019. Hanya saja, informasi tersebut juga bergantung pada inisiatif negara-negara yang memberikan informasi penyakit kepada badan kesehatan global tersebut. Adapun sebuah laporan yang diterbitkan dalam laman jurnal medis The Lancet oleh dokter China dari Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, yang merawat beberapa pasien yang paling awal, menyebutkan tanggal infeksi pertama yang diketahui pada 1 Desember 2019. Informasi awal mula munculnya Covid-19 masih terus berjalan ke belakang. Pada 16 Desember, dokter di Rumah Sakit Pusat Wuhan mengirim sampel dari pasien lain dengan demam persisten untuk pengujian laboratorium. Hasil-hasil itu menunjukkan virus menyerupai sindrom penapasan akut parah (severe acute respiratory syndrome/SARS).
Berawal dari kasus lokal, Covid-19 menyebar ke seluruh dunia silih berganti dengan cara penularan yang disebut kasus impor dari luar wilayah asal atau transmisi lokal antarpenduduk. Sejauh ini, berbagai peristiwa yang pertama kali terjadi berkaitan dengan Covid-19 agaknya belum memberikan gambaran utuh tentang virus ini.
Sejauh ini, analisis para ahli menduga bahwa Covid-19 lebih kuat bertahan hidup di daerah bersuhu rendah dan kering walaupun virus ini juga mewabah di negara-negara dengan kondisi suhu dan kelembaban udara yang sebaliknya. Virus ini juga lebih rentan menyebabkan kematian pada penduduk usia lanjut. Namun, ada juga penduduk di kelompok usia ini yang berhasil sembuh dan seorang bayi juga meninggal karena Covid-19.
Indonesia yang merupakan negara dengan iklim tropis juga terdampak Covid 19. Berdasarkan data dari Kompas Tertanggal 9 Juni 2020 Pukul 16:47 wib dari 33.076 penduduk yang terkonfirmasi, ada 19.739 pasien yang dirawat sebanyak 1.923 pasien meninggal dan 11.414 pasien yang dinyatakan sembuh. (Kompas.com, 2020) Hal ni tentu memukul telak kondisi kesehatan bangsa Indonesia terlebih dampak yang ditimbulkannya baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya
Banyak hal yag sudah dilakukan Pemerintah Indonesia diantaranya adalah social distancing dan physical distancing, karantina mandiri dan karantina yag difasilitasi oleh pemerintah pusat dan daerah, bahkan beberapa daerah ada yang memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk mengurangi penularan covid 19. Pemberlakuan cuci tangan dan penggunaan masker di area area publik serta menjaga jarak dengan yang lainnya minimal sejauh 2 meter.
Hal tersebut diatas hanya untuk mencegah terjadinya penularan, untuk menangani covid 19 memag seharusnya dengan menggunakan Antivirus. Sejauh ini para ahli biologi, virologi di dunia sudah menunjukkan upaya untuk menemukan antivirus ini secepat mungkin. Namun, upaya tersebut belum memberikan hasil sesuai harapan.
Sementara kita menunggu Antivirus yang belum diketahui kapan akan ditemukannya maka untuk mengatasi pasien covid 19 yang makin hari main bertambah dapat diberikan terapi dengan menggunakan plasma darah konvalesens, yaitu plasma darah yang berasal dari pasien covid 19 yang telah dinyatakan sembuh. Hal ini dikarenakan pada pasien covid 19 yang telah sembuh di dalam darahnya terdapat antibodi yag mampu melawan virus.
1.2 Rumusan Masalah
Dari paparan diatas maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah diantaranya
1 Apa yang dimaksud Covid 19 ?
2 Bagaimanakah Plasma Darah Konvelesens dapat dijadikan terapi untuk Covid 19?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut.
1 Untuk Apa yang dimaksud Covid 19 .
2 Untuk mengetahui bagaimanakah Plasma Darah Konvelesens dapat dijadikan terapi untuk Covid 19?
2. PEMBAHASAN
2.1 Covid 19
Covid-19 adalah penyakit akibat dari virus. Nama virusnya adalah SARS-Cov2 (Severe acute respiratory syndrome-Coronavirus 2) . Ini adalah jenis coronavirus baru yang sebelumnya tidak teridentifikasi pada manusia. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang ditemukan pada hewan dan manusia. Coronavirus memiliki struktur unik berupa "spike protein" yang bentuknya menyerupai "mahkota" (bhs Latin: corona = mahkota). sebab bentuk virus corona memiliki paku yang menonjol menyerupai mahkota dan korona matahari.Para ilmuan pertama kali mengisolasi virus corona pada tahun 1937 yang menyebabkan penyakit bronkitis menular pada unggas. Kemudian pada tahun 1965, dua orang peneliti Tyrrell dan Bynoe menemukan bukti virus corona pada manusia yang sedang flu biasa, melalui kultur organ trakea embrionik yang diperoleh dari saluran pernapasan orang flu tersebut. Pada akhir 1960-an,Tyrrellmemimpin sekelompok ahli virologi yang meneliti strain virus pada manusia dan hewan. Di antaranya termasuk virus infeksi bronkitis, virus hepatitis tikus dan virus gastroenteritis babi yang dapat ditularkan, yang semuanya telah ditunjukkan secara morfologis sama seperti yang terlihat melalui mikroskop elektron. Kelompok virus baru yang bernama virus corona, kemudian secara resmi diterima sebagai genus virus barPandemi coronavirus 2019–2020 atau dikenal sebagai pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit coronavirus 2019 atau COVID-19 di seluruh dunia. Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019
Virus Corona dalah keluarga besar virus yang yang dapat menginfeksi burung dan mamalia, termasuk manusia. Menurut World Health Organization (WHO) virus ini menyebabkan penyakit mulai dari flu ringan hingga infeksi pernapasan yang lebih parah seperti MERS-CoV DAN SARS-CoV.Virus Corona bersifat zoonosis, artinya ia merupakan penyakit yang dapat ditularkan antara hewan dan manusia. Rabies, Malaria, merupakan contoh dari penyakit zoonosis yang ada. Begitu pula dengan MERS yang ditularkan dari unta ke manusia.Selama 70 tahun terakhir, para ilmuwan telah menemukan bahwa virus corona dapat menginfeksi tikus, tikus, anjing, kucing, kalkun, kuda, babi, dan ternak. Terkadang, hewan-hewan ini dapat menularkan virus corona ke manusia.Baru-baru ini, virus corona baru muncul dan dikenal sebagai COVID-19 memicu wabah di Cina pada Desember 2019, dan merebak di berbagai negara sehingga WHO mendeklarasikannya sebagai pandemi global
Pada umumnya, Covid-19 menyebabkan gejala ringan dan bagi beberapa orang, gejalanya bisa lebih parah, dan menimbulkan radang paru-paru atau sulit bernapas. Sejumlah kecil kasus penyakit ini menyebabkan kematian.
Berikut beberapa gejala virus corona yang terbilang ringan seperti: Hidung beringus , Sakit kepala, Batuk, Sakit tenggorokan, Demam. Merasa tidak enak badan.Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala yang parah. Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh COVID-19), yang mengakibatkan gejala seperti : Demam yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap pneumonia, Batuk dengan lendir, Sesak napas, Nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk.Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok individu tertentu. Contohnya, orang dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, bayi, dan lansia.
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah batuk kering, demam, dan sesak napas. Diperkirakan bahwa gejala dapat muncul antara 2-14 hari setelah paparan walaupun ada kasus terisolasi yang menunjukkan ini mungkin lebih lama.Jika mengalami gejala, kita harus tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran penyakit ke masyarakat. Mengenakan masker wajah akan membantu mencegah penyebaran penyakit ke orang lain.Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine (10 Maret 2020), periode inkubasi rata-rata diperkirakan 5 hari, dan hampir semua ( 98%) pasien yang telah terinfeksi akan mengalami gejala dalam 12 hari.
COVID-19 diketahui paling mudah menyebar melalui kontak erat dengan orang yang terinfeksi COVID-19. Batuk atau bersin orang yang terinfeksi mengeluarkan percikan dan, jika terlalu dekat, virus ini dapat masuk melalui napas Anda. Kita masih perlu mengetahui lebih tentang dampak COVID-19 pada manusia. Orang berusia lanjut dan orang yang memiliki kondisi medis seperti diabetes dan penyakit jantung diketahui lebih berisiko terkena penyakit parah.
Adapun langkah-langkah pencegahan penularan virus corona menurut WHO adalah Menjaga tempat kerja tetap bersih dan higienis, rutin cuci tangan secara bersih dan menyeluruh. Menerapkan etika bersin dan batuk yang benar, Mengimbau kolega/kerabat yang sakit untuk beristirahat di rumah. Perhatikan peringatan perjalanan (travel warning) dari pemerintah sebelum melakukan perjalanan dinas ke luar negeri- Jika COVID19 telah menyebar di lingkungan sekitar, mereka yang mengalami batuk/demam ringan harus tinggal di rumah serta upayakan untuk melakukan teleworking (mobile/remote working).Saat COVID-19 mulai menyebar di lingkungan sekitar, otoritas kesehatan akan memberikan imbauan terkait penggunaan transportasi publik atau bepergian ke tempat ramai.
2.2 Plasma Darah Konvelesens untuk Covid 19
SARS-Cov2 merupakan virus RNA, dan virus RNA memiliki kemampuan mutasi yg jauh lebih cepat dibandingkan virus DNA. Virus ini hanya akan hidup dan berkembag bila telah menginfeksi sel inang yang hidup. Spike glycoprotein (S):adalah Tempat melekatnya virus dengan reseptor pada sel hidup. Spike protein amat penting, karena akan berikatan dengan reseptor ACE2 di permukaan sel. SARS-Cov2 harus masuk ke dalam sel inang agar bisa membajak sel inangnya dan merusaknya. SARS-Cov2 akan melekat ke molekul protein khusus di permukaan sel yang mana nama proteinnya adalah ACE2. ACE2 diekspresikan di berbagai organ, terutama saluran nafas seperti paru paru osephagus trakea. virus masuk ke dalam sel: sesudah berikatan dengan ACE2,
Gambar Spike dan Ace 2
virus akan diinternalisasi dan melepaskan RNA-nya, lalu akan memerintahkan ribosom sel untuk mensintesis polipeptida yg diperlukan utk menyusun tubuh virus. Tubuh yag terinfeksi virus tidak akan diam saja. tubuh akan melawan virus dengan membentuk antibodi spesifik terhadap SARS-Cov2. Dalam jangka waktu tertentu, virus akan bereplikasi dalam tubuh, lalu sesudah itu, tubuh akan mensintesis imunoglobulin, imunoglobulin inilah yg disebut sebagai antibodi ada banyak macam Imunoglobulin (Ig), yang relevan dengan Covid 19 adalah IgG dan IgM. IgM disintesis lebih dahulu, tapi hal ini tidak bertahan lama. IgG disintesis agak lebih terlambat, tetapi akan bertahan lebih lama, hingga sampai tahunan. Perlu waktu beberapa hari bagi tubuh untuk mensintesis IgM dan IgG. Permasalahannya, beberapa pasien sudah terlanjur gawat duluan sebelum IgM dan IgG dibentuk. Disinilah letak pentingnya transfusi plasma darah konvalesens yang mengandung IgG dan IgM dari pasien lain yg sudah sembuh kepada pasien covid 19.
Mekanisme kekebalan tubuh ada 2:
1. non-spesifik (innate)
2. Spesifik (adaptif)
Sintesis antibodi merupakan mekanisme imun adaptif. Diawali dengan masuknya virus ke dalam APC (antigen presenting cells). APC akan menampilkan fragmen virus (=antigen) di permukaan sel-nya. Antigen akan dikenali oleh sel limfosit T. Limfosit T akan memicu sel limfosit B untuk memproduksi antibodi spesifik yang dapat menetralkan antigen, dlm hal ini fragmen virus SARS-Cov2. Sel B akan berubah menjadi sel plasma, dan tetap beredar dalam tubuh manusia dalam jangka waktu lama.
Ada banyak family dari Imunoglobulin, tapi yg relevan saat ini:
• Imunoglobulin M: fase akut (rapid response)
• Imunoglobulin G: fase kronis (long, sustained response)
Sedangkan cara kerja antibodi itu sendiri adalah sebagai berikut. (Antibodi memiliki bentuk seperti huruf Y):
1. Menyebabkan agregasi virus
2. Mem-blok perlengketan virus dengan reseptor ACE2
3. Memblok uncoating di dalam sel.
Dengan terbentuknya Antibodi tersebut maka darah pasien yang pernah terinfeksi SARS-Cov2 telah memiliki immunoglobulin spesifik untuk menetralkan virus SARS-Cov2. Logikanya, berarti immunoglobulin ini bisa dipindahkan ke pasien lain yang sedang sakit, tetapi belum memiliki imunoglobulinnya. Inilah penjelasan dari Antibodi yag ada ada pada plasma yag disebut plasma konvalensens, yang dapat ditransfer kepada pasien covid 19 yag belum memiliki Antibodi tersebut. Namun Plasma konvalensens adalah jenis kekebalan tubuh yag bersifat pasif yag artinya antibodi diperoleh dari luar. Kekebalan pasif ini diberikan sambil menunggu tubuh pasien tersebut mensintesis antibodinya sendiri.
III SIMPULAN
Hal yang dapat disimpulkan dari tulisan diatas adalah
1 Covid 19 adalah penyakit yang disebabkan oleh SARS-Cov2 (Severe acute respiratory syndrome-Coronavirus 2) dengan ringan seperti: Hidung beringus , Sakit kepala, Batuk, Sakit tenggorokan, Demam. Merasa tidak enak badan. beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala yang parah. Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh COVID-19), yang mengakibatkan gejala seperti : Demam yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap pneumonia, Batuk dengan lendir, Sesak napas, Nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk
2 Pasien yang terinfeksi Covid 19, tubuhnya akan mensintesis antibodi dalam beberapa hari. Jika tidak ada kerusakan organ karena virus, maka antibodi yang disintesis oleh tubuh akan membunuh virus itu secara otomatis (pasien sembuh sendiri). Maka pada plasma darahnya mengandung Antibodi terhadarp SARS-cov 2.(Plasma konvalensens) Plasma ini dapat ditransfer pada pasien covid 19 yang parah yag belum memiliki antibodi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/penyakit-menular-yang-umum-di-indonesia
https://Kompas.com
https://carapedia.com/pencegahan_penyakit_info2315.html
https://doktersehat.com/cara-untuk-mencegah-penyakit-menular-berbahaya/
https://news.detik.com/berita/d-4922774/cara-mencegah-virus-corona
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_koronavirus_2019
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/risk-communication-for-healthcare-facility.pdf?sfvrsn=9207787a_2
Sulvit,Alpha.2020. Terapi plasma konvalesens untuk Covid-19. Presentasi Power Point dalam Seminar Diskusi Online Part 2 Milea (Menambah Ilmu, Lebih Erat dengan Alam). Jurdik Biologi FMIPA Universitas Negeri Manado Indonesia.
Yuzar, Dinda N.2020 “Penyakit Menular Dan Wabah Penyakit Covid-19.” OSF Preprints, Diakses 9 Juni 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar