Hai Rekan Belajar Berbudaya ( Belajar Bersama Bu Damayanti)........
Curhat dikit nih selama jadi Guru pasti pernah dong suatu hari kita harus melakukan
banyak sekali pekerjaan. Selain tugas rutin mengajar di depan kelas, mengoreksi pekerjaan
murid dan memberikan umpan balik, menghadiri rapat dengan orangtua
murid untuk mendiskusikan masalah kedisiplinan dan disusul dengan menulis laporan
kepada kepala sekolah, dan berbagai tugas sebagai wali kelas atau panitia kegiatan
sekolah sudah mengantri untuk dikerjakan. Apa yang kita rasakan? Pada saat itu,
mungkin kita merasa sulit bekerja dengan optimal. Mungkin sulit berkonsentrasi saat
bersama murid di kelas, merasa kurang sabar saat berkomunikasi dengan orangtua murid,
atau akhirnya lupa untuk mengisi daftar hadir siswa dan Jurnal Guru hingga sudah larut
malam. Belum lagi, dengan berbagai tugas di atas, seorang guru juga dibutuhkan untuk
mendampingi murid dengan berbagai masalahnya, mulai dari masalah datang terlambat,
bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas, melakukan tindakan kekerasan
atau perundungan, hingga kasus murid yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Untuk menghadapi berbagai situasi yang kompleks ini, seorang pendidik
membutuhkan berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat mengelola
kehidupan profesional maupun personalnya.
“Antara stimulus dan respons ada ruang untuk memilih karena kita memiliki daya
untuk membuat pilihan. Dalam setiap respon yang kita pilih, terdapat ruang untuk
bertumbuh dan kebebasan diri kita”
(Viktor Frankl, Neurologist, Psychologist)
Mari membahas tentang pembelajaran sosial dan emosional yang mengacu pada kolaborasi akademik
dan pembelajaran sosial dan emosional (CASEL).
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh
komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah
memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan
emosional. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk
1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi
2) menetapkan dan mencapai tujuan positif
3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta
5)membuat keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan
dalam tiga ruang lingkup:
- Rutin: pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca Setelah jam makan siang
- Terintegrasi dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dll.
- Protokol: menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, menyelesaikan konflik yang terjadi dengan membicarakannya tanpa kekerasan, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, dll.
Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak juga guru untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik. PSE mencoba untuk memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua dalam pembelajaran dan menerapkan pada diri kita sendiri sehingga anak-anak juga Guru dapat belajar menempatkan diri secara efektif dalam konteks lingkungan dan dunia.
Pandangan kuno menyatakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang dapat ditransfer ke otak seperti jenis perlengkapan mesin mekanis. Yang benar adalah, pengetahuan bersifat konstruktif; yang benar adalah semua proses pembelajaran bersifat relasional; yang benar adalah emosi menarik perhatian, dan perhatian mendorong terjadinya proses belajar. PSE adalah mengenai bagaimana kita menjalankan sekolah.
Pembelajaran sosial emosional adalah tentang pengalaman apa yang akan dialami siswa, apa yang
dipelajari siswa dan bagaimana guru mengajar. Kita dapat merancang bagaimana sekolah dan ruangan kelasnya, bagaimana waktu belajar, ruang-ruangan yang ada di sekolah, hubungan dengan komunitas sekolah dan keluarga dan yang lainnya sebagai tempat pertukaran pengetahuan, pengetahuan tentang dunia; pengetahuan tentang diri sendiri dan pengetahuan tentang orang lain yang berinteraksi dengan kita. Pengalaman-pengalaman tersebut membantu membentuk bagaimana siswa memahami diri mereka sendiri dan orang lain. Dengan demikian kita berbicara tentang anak secara utuh. Apakah anak kita memiliki kesadaran diri, apakah mereka memiliki pemahaman kesadaran sosial, apakah mereka mampu mengambil keputusan yang baik dan bertanggung jawab. Baru setelah itu, kita membahas mengenai konteks akademis dan semua keterampilan-keterampilan penting yang kita butuhkan untuk dapat
berhasil dalam hidup. Anak belajar saat hati mereka terbuka, terhubung dengan lingkungan sekitar serta
adanya tujuan. Belajar adalah keajaiban. Melalui PSE adalah mengenai bagaimana kita menjalankan sekolah. Pembelajaran sosial emosional
Dalam PSE ada 5 Kompetensi
- Kesadaran Diri
- Pengelolan diri
- Kesadaran Sosial
- Keterampilan Berhubungan Sosial
- Pengambilan Keputusan yag Bertanggung Jawab
Artikel 1) Kesadaran Diri
Artikel 2) Pengelolaan Diri
Artikel 3) Kesadaran Sosial
Artikel 4) Keterampilan Bdrhubungan Sosial
Artikel 5) Pengambilan Keputusan Yang Bertanggung Jawab